REPUBLIKA.CO.ID, Kini, makin sedikit ikan besar pemangsa yang berenang di berbagai samudra di dunia akibat penangkapan ikan secara berlebihan oleh manusia. Alhasil ikan yang lebih kecil bisa bertahan hidup dengan jumlah yang berlipat selama 100 tahun belakangan, kata beberapa ilmuwan Jumat (18/2).
Jumlah ikan besar seperti cod, tuna, dan kerapu telah merosot di seluruh dunia hingga dua-pertiga. Sementara jumlah ikan teri, sardine, dan capelin telah melonjak karena tak-adanya ikan besar yang memangsa mereka, kata para peneliti dari University of British Columbia.
Orang-orang di seluruh dunia makin giat menangkap ikan dan pulang dengan membawa hasil tangkapan yang lebih sedikit. Itu menunjukkan manusia mungkin telah menyedot secara maksimal kapasitas samudera untuk menyedikan kita makanan.
"Penangkapan ikan secara berlebihan tentu saja telah berlangsung dan menimbulkan dampak 'ketika kucing tak ada, tikus berkeliaran' terhadap lautan kita," kata Villy Christensen, profesor di UBC Fisheries Centre.
Christensen menyajikan temuan penelitian tersebut dalam pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science di Washington, Amerika Serikat.
"Dengan menghilangkan spesies pemangsa yang bertubuh besar dari samudra, ikan kecil telah ditinggalkan untuk berkembang-biak," katanya.
Para peneliti itu juga mendapati lebih dari separuh (54 persen) kemerosotan populasi ikan pemangsa telah terjadi selama 40 tahun terakhir.
Christensen dan timnya meneliti lebih dari 200 model ekosistem kelautan global dan mengumpulkan lebih dari 68.000 biomassa ikan dari 1880 sampai 2007 untuk studi tersebut.
Mereka tak menggunakan jumlah tangkapan yang dilaporkan oleh pemerintah atau operator penangkapan ikan. "Samudera yang kita lihat di luaran sana sangat berbeda," kata Christensen.
"Kita bergeser dari samudra liar jadi satu sistem yang jauh lebih mirip pertanian akuakultur," katanya. Para peneliti tersebut mengatakan kendati terjadi peningkatan jumlah ikan kecil, pasokan ikan secara keseluruhan tak bertambah hingga bisa memenuhi kebutuhan manusia.
"Manusia sejak dulu selalu menangkap ikan. Bahkan nenek moyang kita sudah menangkap ikan. Kita cuma jauh lebih baik dalam melakukan itu sekarang," kata ilmuwan UBC Reg Watson.
Sebanyak 76 juta ton makanan laut komersial dilaporkan telah ditangkap pada 2006. Itu berarti "tujuh triliun hewan dibunuh dan dikonsumsi oleh kita atau ternak kita", kata Watson.
Watson mengatakan kegiatan penangkapan ikan telah berkembang selama beberapa dasawarsa belakangan. Energi yang dikeluarkan secara keseluruhan mencapai posisi 1,7 miliar watt, atau 22,6 juta tenaga kuda, di seluruh dunia tahun itu. Itu berarti berkendara sebanyak 150 kilometer dengan kecepatan mobil Corvette, katanya.
Jacqueline Alder dari program United Nations Environment menyatakan dunia perlu melakukan pengurangan jumlah kapal penangkap ikan dan hari-hari penangkapan ikan dengan segera. Tujuannya agar stok ikan global bisa bertambah.
"Bila kita dapat melakukan ini dalam waktu cepat, kita akan menyaksikan penurunan tangkapan ikan. Namun, itu akan memberi kesempatan kepada stok ikan untuk menambah jumlahnya dan mengembangkan populasinya," katanya.
Namun ia menambahkan proyeksi tentang populasi ikan pada masa depan juga berkurang. Pasalnya ramalan mengenai dampak perubahan iklim juga ikut berpengaruh.
Red: Ajeng Ritzki PitakasariJumlah ikan besar seperti cod, tuna, dan kerapu telah merosot di seluruh dunia hingga dua-pertiga. Sementara jumlah ikan teri, sardine, dan capelin telah melonjak karena tak-adanya ikan besar yang memangsa mereka, kata para peneliti dari University of British Columbia.
Orang-orang di seluruh dunia makin giat menangkap ikan dan pulang dengan membawa hasil tangkapan yang lebih sedikit. Itu menunjukkan manusia mungkin telah menyedot secara maksimal kapasitas samudera untuk menyedikan kita makanan.
"Penangkapan ikan secara berlebihan tentu saja telah berlangsung dan menimbulkan dampak 'ketika kucing tak ada, tikus berkeliaran' terhadap lautan kita," kata Villy Christensen, profesor di UBC Fisheries Centre.
Christensen menyajikan temuan penelitian tersebut dalam pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science di Washington, Amerika Serikat.
"Dengan menghilangkan spesies pemangsa yang bertubuh besar dari samudra, ikan kecil telah ditinggalkan untuk berkembang-biak," katanya.
Para peneliti itu juga mendapati lebih dari separuh (54 persen) kemerosotan populasi ikan pemangsa telah terjadi selama 40 tahun terakhir.
Christensen dan timnya meneliti lebih dari 200 model ekosistem kelautan global dan mengumpulkan lebih dari 68.000 biomassa ikan dari 1880 sampai 2007 untuk studi tersebut.
Mereka tak menggunakan jumlah tangkapan yang dilaporkan oleh pemerintah atau operator penangkapan ikan. "Samudera yang kita lihat di luaran sana sangat berbeda," kata Christensen.
"Kita bergeser dari samudra liar jadi satu sistem yang jauh lebih mirip pertanian akuakultur," katanya. Para peneliti tersebut mengatakan kendati terjadi peningkatan jumlah ikan kecil, pasokan ikan secara keseluruhan tak bertambah hingga bisa memenuhi kebutuhan manusia.
"Manusia sejak dulu selalu menangkap ikan. Bahkan nenek moyang kita sudah menangkap ikan. Kita cuma jauh lebih baik dalam melakukan itu sekarang," kata ilmuwan UBC Reg Watson.
Sebanyak 76 juta ton makanan laut komersial dilaporkan telah ditangkap pada 2006. Itu berarti "tujuh triliun hewan dibunuh dan dikonsumsi oleh kita atau ternak kita", kata Watson.
Watson mengatakan kegiatan penangkapan ikan telah berkembang selama beberapa dasawarsa belakangan. Energi yang dikeluarkan secara keseluruhan mencapai posisi 1,7 miliar watt, atau 22,6 juta tenaga kuda, di seluruh dunia tahun itu. Itu berarti berkendara sebanyak 150 kilometer dengan kecepatan mobil Corvette, katanya.
Jacqueline Alder dari program United Nations Environment menyatakan dunia perlu melakukan pengurangan jumlah kapal penangkap ikan dan hari-hari penangkapan ikan dengan segera. Tujuannya agar stok ikan global bisa bertambah.
"Bila kita dapat melakukan ini dalam waktu cepat, kita akan menyaksikan penurunan tangkapan ikan. Namun, itu akan memberi kesempatan kepada stok ikan untuk menambah jumlahnya dan mengembangkan populasinya," katanya.
Namun ia menambahkan proyeksi tentang populasi ikan pada masa depan juga berkurang. Pasalnya ramalan mengenai dampak perubahan iklim juga ikut berpengaruh.
Sumber: Antara