Selasa, 02 November 2010

Hidup adalah Pilihan

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur.
Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar.

Aku ingin menjejakan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini.


Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi.


Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”


Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.


Namun, seringkali kita berada dalam sikap pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan- kebimbangan yang kita ciptakan sendiri.
Bibit yang kedua bergumam, “Aku takut.
Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana.


Bukankah di sana sangat gelap?


Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku itu pasti akan terkoyak.


Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya?
Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Memang selalu aja ada pilihan dalam hidup.
Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam sikap pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan- kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup.

Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak.




◄ Newer Post Older Post ►