Sabtu, 26 Februari 2011

Monyet spesies baru, ditemukan di Amazon Brazil



Para peneliti telah menemukan suatu sub spesies monyet baru di sebuah wilayah terpencil hutan hujan Amazon. Monyet yang baru saja ditemukan itu pertama kalinya ditemukan oleh para ilmuwan pada tahun 2007 di Amazona Brazil dan berhubungan dengan monyet-monyet tamarin punggung sadel, yang diketahui dari punggung mereka yang bertanda khusus, kata Wildlife Conservation Society(WCS).
Monyet kecil tersebut, yang kebanyakan berwarna cokelat kelabu dan berberat 213 gram, telah diberi nama tamarin Mura punggung sadel setelah suku bangsa Mura Indian dari lembah sungai Purus dan Madeira ditemukan sebagai sub spesies baru. Monyet ini tingginya sekitar 240 milimeter dengan ekor sepanjang 320 milimeter.
“Monyet yang baru saja dijelaskan menunjukkan bahwa bahkan hingga saat ini masih ada penemuan-penemuan utama satwa liar,” kata Fabio Rohe, ketua peneliti mengkonfirmasi penemuan baru tersebut, dalam sebuah pernyatan yang dikeluarkan oleh WCS. Penelitian itu menemukan bahwa monyet tersebut telah terancam oleh proyek-proyek pembangunan di daerah itu, termasuk sebuah jalan raya utama yang sedang diaspal melintasi hutan itu dan deforestasi bahan bakar.
“Penemuan ini seharusnya dijadikan panggilan bangun tidur bahwa masih begitu banyak yang perlu dipelajari dari tempat-tempat belantara dunia, namun manusia terus mengancam daerah-daerah ini dengan kerusakan,” kata Rohe.
Sumber: republika.co.id

New species of monkey, found in the Brazilian Amazon
Researchers have discovered a new sub-species of monkeys in a remote area of the Amazon rain forest. Monkey just discovered it the first time discovered by scientists in 2007 in Brazilian Amazon and is associated with tamarin monkeys dorsal saddle, which is known from specially marked on their backs, said Wildlife Conservation Society (WCS).
Small monkey, which mostly gray and brown weighing 213 grams, have been named after the saddle back tamarin Mura Mura Indian tribes of Purus and Madeira river valleys are found as a new subspecies. This Monkey height of about 240 millimeters by 320 millimeters long tail.
"Monkey just described show that even today there are still major findings of wildlife," said Fabio Rohe, researchers confirmed the discovery of a new chairman, said in a statement issued by the WCS. The study found that the monkey has been threatened by development projects in the area, including a major highway is being paved through the forest fuels and deforestation.
"These findings should be a wake-up call that is still so much to be learned from the wild places of the world, but humans continue to threaten these areas with damage," said Rohe.
Source: republika.co.id

Tarsier, Binatang Unik dari Filipina dan Indonesia









Tarsier atau Tarsius syrichta adalah sejenis primata yang terkecil di dunia dan bisa ditemukan di Filipina, dan variasi speciesnya ditemukan juga di Sumatra, Borneo, Sulawesi (Indonesia). Matanya yang bulat lebar dan hidungnya yang lucu sangat menarik untuk dilihat sementara ukurannya yang kecil pas banget bila berada di genggaman tangan kita. Jika Anda berkesempatan mengunjungi Filipina, hewan mungil lucu ini dapat Anda temukan pada malam hari di pulau Bohor, Samar, Mindanau, dan Leyte. Hewan mirip monyet ini memakan serangga yang sering keluar dari kayu bekas terbakar atau arang kayu.
Spesies tarsier sendiri dipercaya sudah ada sejak 45 juta tahun yang lalu. Ahli Biologi J. Petiver adalah orang yang pertama kali mempublikasikan hewan ini. Tidak seperti anggapan banyak orang, tarsier sebenarnya bukanlah monyet yang ukurannya paling kecil meski spesifikasinya mirip dengan spesies primata lainnya seperti lorise, lemur dan bushbaby. Perbedaannya terletak pada konfigurasi taksonomi dari kera pada umumnya dan Anda akan menemukan ciri-ciri yang mirip dengan antropoid. Spesies lainnya yang mirip dengan tarsier juga ditemukan di Borneo, Sumatra, Sulawesi (Indonesia), dan Madagascar dangan variasi ukuran dan bentuknya.
Tarsier asal Filipina ini adalah hewan yang sangat aktif dan menarik dengan ciri-cirinya yang khas. Meski tubuhnya dibalut dengan bulu warna abu-abu, ekornya yang sepanjang kira-kira 232 mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari kepala hingga ekor panjangnya antara 118-149 mm dengan berat 113-142 gram. Yang mengesankan dari hewan ini adalah mata besarnya yang menonjol yang sepertinya tidak pas dibandingkan dengan tubuh mungilnya. Ukuran rongga matanya hingga melebihi ukuran tempurung otak dan perutnya.
Tangan dan kakinya mempunyai jari-jari yang mirip dengan manusia yang digunakannya untuk bertengger di pohon dan ekornya digunakan untuk keseimbangan. Anda bisa melihat saat jari tengahnya mulur dan tulang pergelangannya yang panjang bekerja seperti shock absorber. Hal ini membantunya melompat dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya dengan mudah. Kepalanya sangat mirip dengan kepala burung hantu karena bentuknya dan pertemuan yang unik di tengah-tengah sinus dan tengkoraknya membuatnya mampu memutar kepalanya 180 derajat. Tarsier juga memiliki gigi-gigi yang tajam untuk membantunya memangsa serangga selama berburu di malam hari.
Tarsier lebih suka tinggal di lubang-lubang di pohon atau akar-akar bambu meski masih mungkin menemukannya di tempat lain. Hewan ini banyak melakukan aktivitasnya di malam hari, meski sekali-kali Anda bisa memergokinya di siang hari. Para pejantan dan betinanya diketahui hidup berkelompok, dengan sang betina yang menjadi pengasuh tarsier-tasier muda. Mereka mengeluarkan suara-suara unik saat menantang, masa kawin, berkumpul di kelompoknya, dll. Kelenjar epigastric dari tarsier jantan digunakan untuk membantu penciumannya, sementara Anda juga bisa menemukan isyarat-isyarat gerakan wajahnya yang memiliki arti.
Tarsier mencapai kedewasaan seksual saat berumur 2 tahun. Sang betina mengalami panas berulang sampai kira-kira 23 hari dan mengeluarkan suara-suara unik untuk memberitahukan masa suburnya. Masa kehamilannya mencapai 6 bulan sementara masa hidup tarsier sendiri bisa mencapai 12 hingga 20 tahun. Proses kelahiran dan pertumbuhan bayi tarsier berlangsung sangat cepat. Bayi-bayi tarsier disapih setelah 60 hari dan bahkan sudah bisa berjalan dengan sendirinya dalam waktu 19 hari setelah kelahirannya.
Saat ini tarsier di Filipina terancam akan mengalami kepunahan akibat kerusakan di habitat hutan alamnya. Pembukaan lahan hutan dengan dibakar dan illegal logging menjadi biang keladi menurunnya jumlah tarsier. Ditambah lagi dengan adanya aksi perburuan tarsier dimana tarsier ini sering dijadikan suvenir untuk turis. Saat ini tarsier telah dinyatakan sebagai hewan yang dilindungi, tapi jika pemerintah Filipina tidak serius menanganinya bukan tidak mungkin tarsier akan punah dalam waktu yang tidak lama lagi.
Sumber: Kaskus.us

 
Tarsier, Unique Animals of the Philippines and Indonesia
Tarsier Tarsier or similar syrichta is the smallest primate in the world and can be found in the Philippines, and variations speciesnya found also in Sumatra, Borneo, Sulawesi (Indonesia). Wide round eyes and a funny nose very interesting to be seen while the small size really fit when positioned in the palm of the hand. If you have the opportunity to visit the Philippines, this cute little animals you can find at night on the island Bohor, Samar, Mindanao, and Leyte. Animals like monkeys eat insects that are often out of wood, charred wood or charcoal.
Tarsier own species believed to have existed since 45 million years ago. J. Biologist Petiver is the first to publish this animal. Unlike the assumption many people, tarsier monkey is not really the smallest size even though the specifications are similar to other primate species such as lorise, lemur and bushbaby. The difference lies in the configuration of taxonomy of the apes in general and you will discover the characteristics that are similar to anthropoid. Another species similar to the tarsier is found in Borneo, Sumatra, Sulawesi (Indonesia), and Madagascar view variations in size and shape.
Filipina Tarsier is an animal that is very active and attractive with distinctive characteristics. Although his body covered with gray fur, a long tail about 232 mm in almost no alias hairy bald. From head to tail length is between 118-149 mm, weighing 113-142 grams. Impressive of these animals is a prominent large eyes that seemed to not fit as compared to her tiny body. Cavity size exceeds the size of the shell eyes to the brain and stomach.
Hands and feet have fingers that are similar to humans who used to sit in a tree and used its tail for balance. You can see his middle finger when stretched and wrist bone that works like a shock absorber length. This helped him jump from one branch to another branch with ease. His head is very similar to an owl's head because of its shape and a unique meeting in the middle of the sinuses and the skull allows him to rotate his head 180 degrees. Tarsier also has sharp teeth to help him hunt for insect prey at night.
Tarsier prefer to live in holes in trees or bamboo roots, though still probably find it elsewhere. These animals do a lot of activity at night, though occasionally you can be caught in the daytime. The males and females known to live in groups, with the female who becomes governess tasier tarsier-young. They issued a unique sound when challenged, the marriage, gathered at her group, etc.. Epigastric glands of male tarsier is used to help the smell, while you also can find her motion cues that have meaning.
Tarsier reach sexual maturity at the age of 2 years. The female has been overheated repeatedly until about 23 days and issued a unique sound to notify the fertile period. Pregnancy at 6 months, while the tarsier lives alone could reach 12 to 20 years. The process of birth and growth of the baby tarsier take place very quickly. Tarsier babies weaned after 60 days, and even she can walk by themselves within 19 days after birth.
Currently in the Philippine tarsier is threatened will suffer extinction due to habitat destruction in natural forest. Forest clearing by burning and illegal logging blamed for the decline of the tarsier. Coupled with the actions which the tarsier tarsier hunting is often used as souvenirs for tourists. Currently tarsier has been declared a protected animal, but the Philippine government is not serious if not impossible to handle tarsier be extinct in the not too distant future.