Jumat, 22 Oktober 2010

Warga Pacitan Telanjang

Warga Pacitan Ramai-Ramai Telanjang - Terhasut Sms dan telepon gelap, warga pacitan gelar ritual telanjang. Hal ini mereka lakukan karena mereka percaya bahwa dengan telanjang maka bupati mereka yang sudah sakit selama dua minggu akan sembuh.

Perilaku aneh ini berawal dari adanya beberapa warga menerima SMS dan telepon yang mengatas namakan sekrtaris daerah (SEKDA) pacitan yang meminta agar warga menggelar ritual telanjang. SMS yang berisi ajakan ini telah bererdar dimasyrakat dua hari yang lalu.

Selain untuk kesembuhan Bupati mereka, ritual telanjang ini juga diperuntukan agar kampung mereka, yang juga merupakan kampung halaman presiden SBY terhindar dari bencana. Sayang foto-foto telanjang mereka tidak dapat diambil.

Warga yang percaya, tanpa pikir panjang melumuri badan telanjang mereka dengan cat pada tengah malam.tentu saja hal ini sangat menghebohkan di pacitan. Saat ini pihak Pemkab melalui kabag Humasnya, menghentikan ritual ini, karan bertentangan dengan nilai-nilai agama. dan sekaligus menghimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan isu-isu yang tidak jelas.

Kejadian ganjil ini mennurut Pemuda Indonesia baru adalah merupakan akibat dari keputusasaan masyarakat terhadap apa yang mereka yakini selama ini artinya bukan saja krisi kepercayaan terhadap pemerintah akan tetapi juga masyrakat juga sudah mulai jenuh dengan nilai-nilai agama.

Kejenuhan atau krisis kepercayaan masyrakat terhadap agama dikarenakan saat ini Agama sudah dipolitisasi, bahkan banyak para tokoh agama yang selayakya jadi panutan, malah berbuat yang aneh-aneh.

Kekerasan yang mengatasnamakan agama juga membuat rakyat kembali berpikir ulang, apakah itu agama. Karena agama dikepala merak adalah kedamaian, dan hubungan manusia dengan penciptanya, bukan seperti apa yang terjadi saat ini di Indonesia.

jadi menurut Pemuda Indonesia baru, kejadian ini perlu disikapa secara serius oleh pemerintah, jangan sepele memandang persolan ini, karena hal-hal semacam ini akan terus terjadi, bila pemerintah tidak mencari akar perosalan dan menyelesiakannya secara arif. Akar persoalnya adalah Kedamaian, keadilan dan kemakmuran.

Kamis, 21 Oktober 2010

Jose Mourinho: Super Dad

Dengan sang putri, Matilde Mourinho / Image via bellazon
Matilde Mourinho: Daaaaaad, there’s a lorry heading right towards us!!
Jose Mourinho: Don’t worry, my dear. A simple lorry cannot harm me… for I am the Special One!

Keterangan foto: Di Stadion Santiago Bernabeu pada tanggal 23 Mei 2010, Inter bersama Mourinho mencetak sejarah baru setelah mengalahkan Bayern 2-0 lewat kaki emas Milito pada laga Final Champions. Inter menjadi tim Italia pertama yang merasakan Treble Winners. (thx to: wikipedia)

Bersama anak lelakinya Zuca Mourinho, saat perayaan juara Liga Champion.
Liburan bersama keluarga di Angra Dos Reis, Rio de Janeiro. Dalam foto: Matilde Mourinho, Zuca Mourinho, Tami Mourinho. / 30 December 2008 - Photo by Photo Agency
Baca juga :  
.
.

Selasa, 19 Oktober 2010

Rekaman Video Kekerasan TNI di Papua

Rekaman Video Kekerasan , Penganiayaan TNI Pada Rakyat Sipil di Papua - Belum reda derita warga Papua akibat banjir bandang diwasior, kini kembali dikabarkan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan kekerasan terhadap Warga papua. Kejadian ini direkam dalam bentuk Video oleh salah seseorang dan diupload di yotube.

Papua atau dulu kita kenal dengan Irian jaya, merupakan daerahb yang kaya, akan tetapi penduduknya jauh dari kesejahteraan. Entah sudah berapa juta ton emas papua telah diangkat akan tetapi penduduk Papua hanya menikmaati besi tua  yang hanya puluhan ribu ton dari PT. Freeport sebagai hibah.

Pemerintah Pusatpun terkesan kurang peduli, bahkan papua dianggap sebgai bagian indonesia yang mau merdeka sehingga TNI banyak ditempatkan disana. Bukannya menjaga agar organisasi papua Merdeka (OPM) tidak berkembang, malah TNI menyiksa rakyat sipil.

Hal ini dapat kita lihat pada rekaman Video dibawah ini :

Menurut Pemuda Indonesia Baru, Keadaan seperti ini akan menambah geram rakyat Papua terhadap Pemerintah, OPM akan semakin kuat. Akan tetapi kejadian ini perlu diselidiki, apakah benar anggota TNI yang melakukan, karena bisa saja ini merupakan Operasi intelijen asing untuk memperkeruah suasana di sana.

Gerakan Gulingkan SBY, Perlukah?

Gerakan Gulingkan SBY, Perlukah? - Menjelanng Satu tahun pemerintahan SBY-Boediono, kembali diterpa isu penggulingan terhadap SBY. Wacana pengulingan ini juga sudah pernah terjadi pada moment 100 hari pemerintahan SBY, dan moment-monet lainya. Akan tetapi isu pemkzulan kali ini lebih bergaung dan lebih diperhitungkan oleh SBY-Boediono, hal ini dtandai dengan banyaknya aksi Counter (reaksi) yang dilakukan oleh Pendukung SBY terutama Partai Demokrat.

Gerakan Gulingkan SBY dipelopri oleh Petisi 28 , yang sudah berapa kali melakukan aksi termasuk menggalang kekuatan melalui jejaring sosial (gerakan Aktivis 98 Turunkan ABY-Boediono) sampai dengan melakukan Demonstrasi. Alasan mereka Karena Rezim SBY telah terang-terangan melanggar UUD 45, khususnya pasal 33 dan tidak mengaplikasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam menjalankan Pemerintahannya sehingga dalam kepemimpinannya selama ini telah mengabaikan kepentingan dan kedaulatan Rakyat, Bangsa dan Negara. Serta menjauhkan rakyatnya dari hak utamanya, yakni Hidup Sejahtera, Adil dan Makmur sesuai Pancasila dan UUD 1945.

Setahun pemerintahan SBY-Boediono memang belum memeberikan kepuasan kepada masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari turunnya popularitas dan tingkat kepuasaan masyrakat terhadap SBY-Boediono yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey.

Tidak terselesaikanya  permasalahan-permasalahan yang memakan perhatian publik seperti Skandal Bank century, Mafia Pajak, rekening gendut Polri, Mafia peradilan ditambah program pro rakyat yang belum nyata membuat ketidak percayaan masyrakat tumbuh, termasuk para konstituen SBY yang sebesar 60 %.

Kegagalan SBY-Boediono dalam kurun waktu setahun ini,  juga dapat kita lihat pada kebijakan luar negeri SBY yang  membuat kita sebagai bangsa Indonesia merasa sangat dikucilkan, penyelesaian kasus penculikan petugas kelautan yang dilakukan oleh Malaysia, ketakutan SBY terhadap Gugatan RMS dibelanda merupakan contoh betapa tidak berwibawanya pemerintahan kita.

Sikap arogansi dari SBY juga sering kita lihat, mulai dari aksi marah-marah, tidak mematuhi peraturan perundang-undangan seperti tidak menjalan putusan MA tentang UN, mengajukan calon kapolri yang bukan rekomendasi Kompolnas, padahal salah satu jargon politik SBY adalah "jadikan hukum sebagai panglima".

Politik santun dan cerdas yang selama ini menjadi image dari SBY ternyata hanya polesan agar masyrakat simpati, tapi kenyataannya berbeda sekali, wajarlah banyak masyarakat yang bertanya SBY mana janji-janjimu ?

Akumulasi pengamatan objektif kinerja SBY-Boediono diatas tentunya membuat kita berpikir apakah SBY masih layak dipertahankan jadi Pemimpin bangsa ini ?

Terlepas dari apa yang menjadi kepentingan dari perlopr gerakan ini,kita layak memberikan apresiasi , karena control sosial seperti ini sangat perlu bagi kemajuan bangsa ini, agar penguasa tidak menjadi lupa daratan sehingga menjadi otoriter dan lupa pada rakyat. Tinggal bagaimana Pemerintahan SBY-Boediono menyikapi gerakan ini, apakah memposisikan gerakan ini sebagai Aksi kritis destruktif ataukan Aksi Kritis yang Konstruktif dalam kerangka membangun Indonesia menuju lebih baik. Kami tunggu kebijaksanaanmu wahai Presidenku..!!! (Don)

Senin, 18 Oktober 2010

Foto Penampakan Hantu Ketapang

Foto Penampakan Hantu Ketapang Kalimantan Barat - Setelah geger adanya rekaman penampakan Kuntilanak di mamuju, sulawesi, kini hantu kembali menampakan dirinya di Puskesmas Aur Kuning, Ketapang, kalimantan barat. Penampakan hantu itu terlihat jelas dalam sebauh Foto yang diambil oleh salah seorang Supir ambulan.

Foto penampakan terebut langsung beredar di masyarakat sungau alur. Didalam foto tersbut terlihat jelas gambar seorang perempuan berpakain putih dan berambut panjang. dalm foto itu ada dua hantu yang yang sangat mirip.

Inilah Foto Penampakan Hantu Di Ketapan, Kalbar, yang diambil oleh M.Fahmi (kompas.com)
Foto itu diambil oleh M. Fahmi dengan menggunakan camere handphone Nokia tipe N, disalah satu warung di desa setempat. Memang menurut fahmi daerah itu terkenal angker. Menurut waga, bahwa di daerah itu sering terjadi penampakan.

Penampakan Hantu atau mahluk halus yang sering terjadi menurut Pemuda Indonesia Baru adalah sebuah fenomena yang hendak menyatakan bahwa dunia gaib itu ada. Selain itu dunia yang selama ini terpisah dengan dunia mannusia sudah hampir menyatu, karena manusia saat ini sudah melebihi dari perlaku setan. Sehingga Setan tidak segan-segan lagi menunjukan dirinya kepada manusia.

Minggu, 17 Oktober 2010

Sekilas Tentang Konflik SBY dan RMS

Sekilas Tentang Konflik SBY dan Republik Maluku Selatan (RMS) - Sewaktu pemilu parlemen Belanda di tahun 2006, Partai Buruh (PvdA, Partij van de Arbeid) telah kehilangan sejumlah kursi, pemilihnya ada yang bergeser ke Partai Sosialis (SP, Partij Socialist), pada pemilu tahun 2010 ini partai sayap kanan Kristen Demokrat (CDA, Christen Democratisch Appel) dan Partai Liberal (VVD, Volkspartij voor de Vrijheid en Democratie) juga mengalami kehilangan kursi pindah ke Partai Geert Wilders yang bernama Partai untuk Kebebasan (PVV, Partij voor de Vrijheid).

Kini barisan massa beraliran ultra-kanan telah menyatu, karena kemenangan dari dukungan suara sebanyak 76 kursi dalam kabinet partai pemerintahan baru, yaitu CDA, VVD, PVV. Akhirnya menjadi jelaslah, bahwa proses pergeseran dan pergesekan antara ketiga kekuatan aliran tradisional itu, tercermin pula di kalangan golongan etnis di Belanda, dimana peranannya sebagai pendukung loyalis golongan Ultra Kanan.

Lalu, sampai sejauh manakah posisi golongan etnis Maluku, Indo Belanda dan golongan “non-muslim tapi non-kulit putih” seperti golongan Veteran eks KNIL dan golongan etnis Suriname berperan dalam pendukungan kepentingan politik PVV Geert Wilders?

PVV dan RMS

Seperti kisah suksesnya populis Ultra kanan Pim Fortuyn (Driehuis, 19 februari 1948 - Hilversum 6 mei 2002), lalu kini sosok Geert Wilders telah berhasil pula untuk menempati peranan tokoh sentral populisme berhaluan ultra kanan di negeri Belanda, yang digambarkan sebagai figur fasis, rasis, “provinsial”, xenophobi dan “liberal berdarah murni”.

Pandangan dia, menurut salah satu ilmuwan politik, Meindert Fennema (UvA, Universiteit van Amsterdam), benar-benar ekstrim, radikal kanan, dan anti Islam, yang sama dengan gerakan ultra kanan dari Jean Marie Le Pen (Front Nationale, Perancis), Filip de Winter (Vlaamse Belang, Belgia).

Bahkan kampanye politik Wilders dianggap ‘mengganggu’ stabilitas politik di Eropa, serta jauh melampaui batas hukum negaranya. Wilders sendiri menyebut dirinya baru-baru ini sebagai sosok “pejuang untuk kebebasan Belanda”, sebelum itu ia menggambarkan dirinya sebagai “demokrat sejati”.

Ada seorang pengamat internet yang selama masa pemilu 2010 berlangsung telah menyatakan bahwa PVV tampaknya menjadi populer di komunitas masyarakat Maluku. Dalam sebuah jejak pendapat di website ‘Buka Mulu.nl’, telah menunjukan lebih dari 50% pengunjung website tersebut memilih PVV, mungkin tidak sepenuhnya sebagai angka representatif tetapi dapat menjadi indikasi bahwa PVV didukung oleh mayoritas etnis Maluku di Belanda.

Pada bulan September 2009, koran Belanda NRC Handelsblad mempublikasikan hasil penelitian tentang profil pemilih PVV. a.l.:
1. di dalam pendukung PVV sendiri terjadi polarisasi dalam menanggapi isu-isu program agenda politiknya.
2. pemilih PVV banyak didapat dari suara-suara yang kecewa dengan pemerintahan koalisi di bawah pimpinan Balkenende saat ini.
3. PVV pemilih berpikir lebih negatif tentang imigran karena pengalaman buruknya dengan kelompok etnis non kulit putih.

Selain itu, PVV banyak mendapat dukungan dari kaum laki-laki, dari golongan berpendidikan rendah, dan kaum pengangguran. Para pemilih PVV ini juga dinilai lebih memiliki kesadaran politik bila dibandingkan dengan rata-rata penduduk di Belanda yang a-politis.

Sehubungan dengan sikap pemerintah kabinet Balkenende, peneliti Masyarakat Maluku di Belanda, Justus Veenman dan Trees Tunjanan, menyimpulkan  bahwa banyak kekecewaan masyarakat Maluku ini terhadap kabinet Balkenende, terutama kebijakan dalam negerinya.

PVV juga menilai bila pemilihnya rata-rata berfikiran negatif dan anti orang Maroko, itu adalah merupakan kesempatan emas bagi Geert Wilders untuk memanfaatkan momentum ketegangan sosial antar golongan imigran, yang pernah terjadi di beberapa kota di Belanda.

Misalnya  pertikaian antara golongan remaja Maroko dan Maluku, kemudian berlanjut ke konflik sosial sampai pada kasus pembakaran gereja Maluku di Hoogeveen dan di Nijverdal, tentunya menjadi kelanjutan berita spektakuler di media cetak, elektronik maupun televisi.

Keresahanpun di kalangan masyarakat Maluku semakin meningkat, misalnya di Culemborg, tapi juga terjadi di Utrecht, Gouda dan Assen. Geert Wilders adalah satu satunya politikus yang turut aktip di Twitter dalam menanggapi penanganan kerusuhan antara remaja Maluku dan Maroko di  awal tahun ini di Culemborg.

Kedua peneliti Belanda itu melihat status sosial ekonomi yang rendah dari golongan etnis Maluku sebagai penjelasan golongan paria di Belanda. Pemerintah dinilai berperan kurang baik dalam menangani persoalan proses integrasi masyarakat pendatang di Belanda. Kasus ini terbukti dari hasil penelitiannya, bahwa masyarakat Maluku tidak berprestasi tinggi dalam pendidikan Belanda, skor mereka di bawah kelompok-kelompok imigran lainnya.

Peneliti Justus Veenman dan T. Tunjanan juga mencatat adanya “stagnasi proses integrasi” dari generasi ke 3 di golongan masyarakat Maluku di Belanda. Para peneliti lainnyapun terkejut melihat sangat minimal perhatian pemerintah terhadap dampak dari pengaruh kebijakan “Integrasi”, yang sangat merugikan, sehingga sekarang terlihatlah bukti keterbelakangan tingkat pendidikan golongan remaja etnis Maluku.

Kedua peneliti itu juga menunjukan faktor latar belakang lambatnya perkembangan etnis Maluku ini, dimana sejak kedatangan mereka awal tahun lima puluhan di Belanda  itu, antara lain karena distimulasi serta diarahkan supaya mereka kembali ke Tanah Kelahirannya, dengan melalui Undang-undang “Remigrasi”. Kenyataan ini mengejutkan banyak pihak di masyarakat umum di Belanda maupun golongan etnis Maluku sendiri.

G.Wilders vs F. Habibie

Ditambah lagi kekecewaan golongan etnis Maluku terhadap kebijakan luar negeri Belanda di Indonesia dalam menangani persoalan pelanggaran HAM. Kekecewaan ini terutama ditujukan pada sikap politik Menteri Luar negeri Verhagen yang sehubungan dengan kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

Pernyataan dubes F. Habibie melalui koran Belanda menjadi bola panas di Den Haag, yang isinya antara lain: “Mungkin para pemilih partainya Wilders menderita Xenophobie”, rupanya berhasil memancing reaksi kemarahan Geert Wilders bersama massa pendukung loyalisnya.

Segera figur populis ini yang sedang naik daun itu, memberi komando kepada Menlu Verhagen untuk menegur dubes Indonesia. Dalam hal ini pengujian kekuatan pengaruh politik Ultra Kanan Geert Wilders terbukti berhasil membangkitkan jiwa “patriotisme” di dalam negerinya.

Bagi pribadi Geert Wilders, panutan “Nasional Patriotisme” adalah obat mujarab untuk memperkuat front persatuan dan memelihara pengaruh lingkungan masyarakat di Belanda, dan menjaga nilai-nilai warisan budaya serta keyakinan sakral  pada zaman kejayaan Kolonialisme Belanda. Panutan ini yang di terapkan dan di promosikan di dalam negerinya itu, dianggap layak menguak impian cita-cita “tanah air” West Papua, dimana pihak pemerintahan Belanda pernah menjanjikan akan dihibahkan kedaulatannya kepada golongan eks veteran KNIL dan Indo Belanda.

Impian cita-cita “Tanah Air” itu rupanya dilatarbelakangi pula oleh peristiwa sejarah kehidupan Kakek, Nenek bersama Ibunya Geert Wilders. Kakeknya yang bernama John Ording, di tahun 1933 menjabat sebagai wakil Inspektur untuk Pengawasan Keuangan di Surabaya, dan setahun kemudian ia dipecat secara “tidak Hormat”, lalu meninggal dunia pada tahun 1942 di Sukabumi. Sedangkan Neneknya bernama Johanna Ording adalah keturunan Yahudi-Belanda meninggal tahun 1946 di Kosentrasi Kamp Jepang. Selama bermukim di Hindia Belanda nasib hidup keluarga Ibunya diasingkan dan ditelantarkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Maka tak mengherankan bila progam Wilders, nyatanya sangat berguna bagi orang-orang yang antara lain:
- Menginginkan pengembalian uang pajak cicilan rumah bagi para pemilik rumah
- Menginginkan peningkatan perawatan untuk orang tua
- Mengkampanyekan anti Islam
- Mengkampanyekan kebebasan berpendapat tanpa batas
- Menginginkan adanya peningkatan budaya, identitas dan tradisi Belanda
- Merealisasi peningkatan hidup bangsa Belanda asli sebagai bagian dari masyarakat bangsa Aria

Riwayat “haat en liefde relatie”  alias hubungan cinta tapi benci antara Indonesia dan Belanda nampaknya terganggu lagi dalam kepentingan ekonominya. Padahal sejak lahirnya sistem Orde Baru, pemerintah Belanda selalu “menganak-emaskan” kepentingan Indonesia (Soeharto), dulu Belanda menjadi salah satu donornya melalui IGGI, Inter Governmental Group of Indonesia.

Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM berat sejak peristiwa berdarah 1965/1966 sampai pada kasus pendudukan Militer Indonesia di Timor Timur mendapat perhatian besar dari masyarakat Belanda melalui LSM yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Akan tetapi kekuatan LSM HAM Belanda tersebut tak mampu mematahkan kekuatan “Haat en Liefde relatie” antar bekas negara penjajah dan negara yang pernah di jajah itu. Mengingat peranan LSM HAM berfungsi untuk ‘menina bobokan’ kasus-kasus keresahan akibat tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pihak rejim Militer Diktator Indonesia, dibawah pimpinan Soeharto.

Pernyataan Dubes Indonesia itu, mungkin jadi godaan yang besar bagi Wilders si penebus dosa kakek-neneknya dari pihak Ibu. Atau mungkin hanya rasa dendam kesumat Wilders pribadi, dengan misi ekstrimnya itu karena akibat efek dari keterasingan identitasnya, tapi juga seperti berakar jiwa panutan dari kakeknya sebagai salah satu pengikut NSB (Nationaal Socialistische Beweging) di Indonesia.

NSB adalah organisasi massa yang dibentuk tahun 1931 di Belanda. Namun kemudian dalam perkembangannya, NSB membentuk dirinya sebagai partai dibawah kekuasaan rejim Fasis Hitler. Pada tahun 1937 NSB sebagai gerakan Fasis di Hindia Belanda mengalami jaman keemasannya, dengan jumlah sebanyak 5000 anggota. Seperti pula Wilders nyatakan dalam wawancaranya di NRC Handelsblad: “Sudah saatnya untuk menunjukkan kepemimpinan, kemudian mengoreksi kesalahan sejarah.”

Lalu apakah catatan perlawatan tahun 2008 Geert Wilders bersama delegasi Parlemen Belanda ke Israel dan Timur Tengah itu, dimana ia pada kunjungannya di Saudi Arabia menyimpulkan bahwa “kunjungan politik yang tak tepat ke negara Islam sebagai negara terbelakang, barbar dan fasis” , bisa dijadikan “koreksi kesalahan sejarah”, bila selama dalam perjalanannya diapun berulang kali mengajukan pertanyaan tentang “tindakan Indonesia” terhadap West Papua?

Mungkin cukup beralasan pula bagi duta besar F. Habibie, yang mengatakan dalam sebuah wawancara di koran Het Financieel Dagblad bahwa kunjungan kenegaraan pada bulan Oktober presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono ke Belanda sangat diragukan seandainya Partainya Wilders masuk ke dalam kabinet baru di Belanda.(miliselsinta)